Sabtu, 27 Desember 2014

Perspektif: Menyemai Benih untuk Pengetesan Daya Tumbuh, untuk Ditanam di Lahan dan untuk Ditanam Sistem Hidroponik



Membuat semaian benih untuk tes uji daya tumbuh, untuk ditanam di lahan dan untuk ditanam dengan sistem hidroponik itu memiliki cara dan metode yang berbeda. Sebagai orang yang pernah bekerja sebagai quality control dengan pekerjaan utama mengetes daya tumbuh benih saya dapat merasakan perbedaan ketiga hal di atas. 

Menyemai untuk pengetesan daya tumbuh ternyata dapat dikerjakan dengan mudah. Mengapa? Karena sudah ada SOP nya dengan sangat jelas dan kita yang melakukan tinggal nyontek saja, tak perlu berinovasi karena ini dapat menyalahi aturan (tentu saja ini kurang menyenangkan bagi orang-orang kreatif). Dalam aturan tidak ada keharusan untuk menghasilkan semaian yang bagus, karena tujuannya hanya untuk pengetesan. Yang penting kita memperlakukan si benih sesuai SOP lalu melihat kemampuan si benih untuk tumbuh itu seperti apa. Asalkan benih tumbuh memenuhi kriteria normal utuh tidak cacat dan tidak busuk akan dianggap sebagi benih normal yang masuk sebagai data daya tumbuh benih, tak peduli itu benih etiolasi atau tidak karena etiolasi tidak masuk dalam benih abnormal (dalam lingkup pengetesan). 

Ketika saya sedang melakukan pengetesan, saya pun sering merasa tanpa ada beban. Prinsip saya, saya harus melakukan sesuai dengan prosedur, misalnya sampel harus acak, kondisi alat dan wadah yang digunakan harus dalam kondisi semirip mungkin antara satu ulangan dengan ulangan lain, harus diletakkan pada tempat yang sama, kondisi air juga harus sama, jumlah sampel harus sama dan sebagainya dalam tiap-tiap perulangan atau sampel yang saya tes. Cara menyemai pun juga harus mengikut SOP misal dengan metoda penggunaan kertas atau metode "Between Paper" (benih disemai dalam kertas yang digulung), dengan metode semai diatas kertas atau metode "Top Paper" (menggunakan kertas saring dan benih disemai diatas kertas saring basah yang diletakkan dalam cawan petri) dan dalam media pasir steril atau metode "Sand". Jadi cukup mudah bagi saya, karena sudah ada panduannya. Yang sulit adalah bagaimana kita harus bekerja konsisten untuk tiap-tiap ulangan dari sampel yang dites, agar perbedaan antar ulangan tidak melebihi batas toleransi yang ditetapkan oleh ISTA (International Seed Testing Association). Itu saja.

Dibandingkan dengan menyemai untuk pengetesan daya tumbuh, menyemai benih untuk ditanam di lahan pada dasarnya tidak mudah. Mengapa? Yang pertama jelas karena tidak ada SOP nya. Siapa yang berani mengklaim SOP penyemaian benih untuk ditanam di lahan? Pernah suatu ketika saya marah sama customer saat menanyakan tentang SOP menyemai benih pepaya (saat saya masih bekerja di suatu perusahaan benih). Si customer mendesak diberi tau SOP untuk menyemai benih pepaya. Saya bilang SOP apa? Dan SOP keluaran siapa? Hukum keberhasilan menyemai di lahan berdasar pada hukum alam dan kemampuan seseorang dalam menyemai. Tidak bisa distandarkan dengan SOP. Karena lingkungan berpengaruh dalam penyemaian. Di daerah A yang panas tentu harus diperlakukan beda dengan daerah B yang dingin, misalnya. Apabila dia minta SOP yang saya pakai untuk mengetes tentu saja tidak bisa diterapkan di lahan, karena SOP tersebut fungsinya untuk pengetesan. Sementara itu dalam pengetesan benih, faktor seperti suhu, cahaya dan kelembaban ruang untuk menyemai harus trekontrol oleh alat yang salah satunya dapat menggunakan mesin germinator. La kalau mau pakai SOP yang saya pakai, musti punya alat yang sama bukan? Makanya saya tidak mau memberikan SOP yang saya pakai untuk pengetesan, karena jelas tidak bisa diterapkan di lahan, yang bisa saya kasih adalah contoh cara-cara alternatif untuk menyemai benih (waktu itu dia minta benih pepaya) yang biasa dipakai oleh banyak orang dan telah berhasil. 

Benih disemai dalam cawan petri dengan metode Top Paper untuk pengetesan daya tumbuh
Benih disemai dalam kertas dengan metode Between Paper
Kembali lagi tentang menyemai benih untuk ditanam di lahan. Bagaimana dengan alasan kedua, mengapa tidak mudah menyemai untuk ditanam di lahan? Karena dengan adanya alasan pertama menyebabkan kita dituntut untuk banyak banyak mencoba untuk mendapatkan cara yang pas. Bukan berarti teori menyemai itu gak terpakai sama sekali sie, tapi kita dituntut lebih banyak eksperimen ketimbang sekedar mempraktikkan teori. Jadi kepekaan terhadap lingkungan, insting, kemauan, perhatian serta keseriusan dalam menyemai menjadi kunci utama keberhasilan menyemai. Kalau baru praktik sekali atau dua kali tentunya belumlah bisa mengenal lebih jauh trik trik menyemai terutama untuk benih yang harus diperlakukan secara khusus pada saat menyemainya, misalnya untuk benih yang bermasalah, benih dengan biji keras, benih dengan ukuran sangat kecil, atau benih yang tidak biasa ditanam di daerah kita yang nantinya butuh adaptasi dan sebagainya. Intinya butuh banyak praktik. Itu lah yang menjadi alasan kenapa saya bilang lebih sulit.

Benih disemai dalam tray dengan tanah, kompos dan cocopeat




Benih disemai dalam rockwool untuk hidroponik






Lalu, menyemai benih yang akan ditanam secara hidroponik juga sama susahnya dengan menyemai benih yang ditanam di lahan. Alasannya sama. Tidak ada SOP dan kita musti coba-coba untuk mendapatkan cara yang pas. Bedanya, kalau benih yang disemai untuk hidroponik menggunakan media yang tidak sama dengan benih yang disemai untuk ditanam di lahan. Media semaian untuk hidroponik berbahan non tanah yang notabenenya adalah bahan-bahan yang tidak menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman misalnya, rockwool, cocopeat, sekam bakar steril, spons, kapas, perlit dll. Sementara media semaian untuk bibit yang akan ditanam di lahan berupa tanah yang dicampur dengan bahan organik ataupun non organik yang di dalamnya telah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman misalnya kompos, pupuk kandang atau humus. Yang musti dipegang dalam menyemai benih untuk ditanam di lahan atau ditanam dengan hidroponik adalah prinsip menghasilkan bibit yang baik, normal, sehat dan vigor yang juga tidak etiolasi serta diusahakan tidak terserang penyakit.

Nilai plus yang saya dapat dari menyemai yang dipersiapkan untuk ditanam di lahan atau untuk ditanam secara hidroponik adalah bahwa saya jadi merasa bisa belajar dengan adanya kebebasan dalam menentukan cara dan trik trik menyemai benih. Selain itu bisa berinovasi dan mengenali karakter tiap-tiap benih selama masa pertumbuhan dan perkembangannya. 

Menyemai benih untuk ditanam di lahan sudah biasa saya lakukan, sedangkan menyemai benih untuk berhidroponik adalah metode menyemai yang baru mulai saya praktikkan. Jadi saya pun musti banyak belajar untuk mengetahui bagaimana berbagai macam benih harus diperlakukan saat disemai, agar menghasilkan bibit yang baik untuk ditanam dengan hidroponik.

Tidak ada komentar:

Galeri

Galeri
Eastern Rise (F1-Hybrid produk PT Known You Seed)