Selasa, 23 Desember 2014

Hidroponik: Pertanian Alternatif (untuk rumah tangga mandiri)



Selepas mengikuti pelatihan hidroponik tanggal 21 Desember 2014 kemarin di Salatiga, akhirnya saya mendapat pencerahan bahwa memang ada benarnya bahwa hidroponik ini dapat dijadikan alternatif untuk menyumbangkan ketahanan pangan setidaknya untuk skala rumah tangga. Disaat harga bahan pokok meningkat yang diikuti juga kenaikan harga-harga lain seperti sayur mayur, buah buahan dan kebutuhan lainya, maka sebagai ibu rumah haruslah kreatif untuk mempertahankan dapur tetap mengepul. 

Ada yang berpendapat saat harga-harga mahal lebih efisien kalau membeli sayur mateng dan akan jauh lebih hemat, tidak perlu beli minyak goreng, bumbu dapur, irit gas, gak capek, gak repot, dan dapur gak kotor. Tapi tidak menurut saya. Saya pernah membandingkan ketika saya membeli sayur matang, maka memasak sendiri tetap jauh lebih hemat. Memang untuk membeli garam harus satu bungkus, tapi bisa dipakai 2 bulan lebih. Minyak goreng juga beli harus 1 literan minim, tapi kalau saya bisa dipakai 2 minggu. Beli gas juga harus satu tabung minim 3 kg yang bisa saya gunakan 2 minggu. Gula atau bumbu dapur lain tentu sekali beli tidak langsung habis, bisa dipakai untuk beberapa kali memasak. Lalu ketika kita masak sendiri sekali masak bisa dipakai untuk 2 kali makan, misal makan pagi bisa bikin sayur untuk skalian makan siang. Nanti malamnya bikin yang sekali makan, kayak cap cai, tumis sayur atau sop dll. Jadi walau makan 3 kali kita masih bikinnya 2 kali, masih hemat waktu dan hemat tenaga. Bersih dan sehat pula. Sementara kalau beli sayur matang dari warung tentu harus dipakai sekali makan, karena kita gak tau itu sayur dimasak kapan, yang kadang sudah dimasak malam sebelumnya. Tak hanya itu, satu porsi makan bila kita membeli jatuhnya bisa dua kali lipatnya bila kita masak sendiri, bandingannya ni ya, kalau saya beli telur metah paling jatuhnya hanya 1100-1200 per butir tapi kalau beli mateng telur jenis yang sama dihargai 2500 rupiah. Jauh kan, masak iya kalau kita pakai bumbu harga bisa melebihi harga dasar lauk yang diolah. Jadi tetap lebih hemat memasak sendiri menurut saya. 

Kembali lagi ke hidroponik.

Kreatifitas hidroponik yang tergolong kegiatan pertanian ternyata bisa dilakukan skala rumahan dengan kondisi lahan terbatas. Itulah nilai plus yang dimiliki oleh hidroponik, yang mana setiap orang bisa dan boleh melakukannya, tidak seperti kegiatan pertanian lainnya. Tak harus nunggu dapat warisan sawah, tak harus beli kebun dulu, tidak harus nunggu punya hektaran lahan untuk membuat greenhouse yang berstandar tinggi, tapi dihalaman rumah di dapur bahkan dikamar pun dapat diterapkan hidroponik. Karena hidroponik tidak menggunakan tanah tidak memakan tempat dan tidak menyita waktu dan tenaga khusus untuk merawat sebuah tanaman. Konon saat berhidroponik pun masih bisa dilakukan dengan keadaan bermake-up yang cantik tanpa harus takut keluar keringat (kata pemberi materi Bp. Heru Agus Hendra owner Paktani Hydrofarm).     

Dengan hidroponik diharapkan setiap pelaku bisa memetik hasil panen yang sehat yang aman minimal untuk dikonsumsi sendiri. Produk hasil hidroponik juga aman bagi lingkungan karena pupuk yang diaplikasikan ke tanaman tidak meninggalkan residu yang berbahaya untuk tanah, karena nutrisi dalam pupuk hidroponik akan terserap secara keseluruhan oleh tanaman. Pada hidroponik yang diterapkan dirumah tidak membutuhkan pestisida kimia, cukup dengan pestisida alami yang dapat dibuat sendiri dari ekstrak-ekstrak daun/tanaman, sehingga aman konsumsi bagi siapa saja.
Dok. Arrum: hidroponik sistem wick
Keuntungan lain dari berhidroponik di rumah, bahwa dengan berhidroponik dapat meminimalisir ketergantungan pasar dalam mengkonsumsi sayur. Dengan memanfaatkan kaleng bekas, botol minuman bekas, plastik bekas dll pehidroponik bisa menanam berbagai jenis sayur di rumah. Tak hanya itu, selain tidak lagi tergantung dengan pasar pehidroponik yang semakin cinta dan hobi dengan hidroponik justru memungkinkan terjun ke pasar untuk memasarkan produk hidroponiknya. Itu yang menjadi iming-iming besar bagi pehidroponik.

Saya sendiri akhirnya menjadi kepengen dan kepengen untuk segera mempraktekkan berhidroponikria hasil pelatihan kemaren. Karena dalam berhidroponik menjanjikan bahwa kita nantinya akan lebih mencintai produk sehat dan aman buatan sendiri, mencintai produk yang berkualitas karena kita sendiri yang mengolah dan tau kualitas yang seperti apa yang kita butuhkan. Selain itu, hal ini juga dapat mengurangi beban pemerintah dalam mempertahankan stock pangan nasional bila banyak orang akhirnya mandiri dalam mencukupi kebutuhannya...(haha..tapi mungkin gak ya?).

Yang jelas, adanya panenan sendiri ini setidaknya akan menjaga ketahan pangan dalam suatu keluarga di saat pangan yang tersedia di pasaran mahal dan belum tentu terjaga keamanannya. Mengkonsumsi tanaman yang dihasilkan sendiri selain lebih memuaskan tentuanya kita akan mantab bahwa yang kita makan tersebut aman karena kita tau bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangannya.  

Tidak ada komentar:

Galeri

Galeri
Eastern Rise (F1-Hybrid produk PT Known You Seed)