Membuat semaian benih untuk tes
uji daya tumbuh, untuk ditanam di lahan dan untuk ditanam dengan sistem
hidroponik itu memiliki cara dan metode yang berbeda. Sebagai orang yang pernah
bekerja sebagai quality control dengan pekerjaan utama mengetes daya tumbuh
benih saya dapat merasakan perbedaan ketiga hal di atas.
Menyemai untuk pengetesan
daya tumbuh ternyata dapat dikerjakan dengan mudah. Mengapa? Karena sudah ada
SOP nya dengan sangat jelas dan kita yang melakukan tinggal nyontek saja, tak
perlu berinovasi karena ini dapat menyalahi aturan (tentu saja ini kurang
menyenangkan bagi orang-orang kreatif). Dalam aturan tidak ada keharusan untuk
menghasilkan semaian yang bagus, karena tujuannya hanya untuk pengetesan. Yang penting
kita memperlakukan si benih sesuai SOP lalu melihat kemampuan si benih untuk
tumbuh itu seperti apa. Asalkan benih tumbuh memenuhi kriteria normal utuh
tidak cacat dan tidak busuk akan dianggap sebagi benih normal yang masuk
sebagai data daya tumbuh benih, tak peduli itu benih etiolasi atau tidak karena
etiolasi tidak masuk dalam benih abnormal (dalam lingkup pengetesan).
Ketika saya sedang melakukan pengetesan, saya pun sering merasa tanpa ada beban. Prinsip saya, saya harus melakukan sesuai
dengan prosedur, misalnya sampel harus acak, kondisi alat dan wadah yang
digunakan harus dalam kondisi semirip mungkin antara satu ulangan dengan ulangan lain, harus diletakkan pada tempat yang sama,
kondisi air juga harus sama, jumlah sampel harus sama dan sebagainya dalam tiap-tiap perulangan atau sampel yang saya tes. Cara menyemai pun juga harus
mengikut SOP misal dengan metoda penggunaan kertas atau metode "Between Paper" (benih disemai dalam kertas
yang digulung), dengan metode semai diatas kertas atau metode "Top Paper" (menggunakan kertas saring
dan benih disemai diatas kertas saring basah yang diletakkan dalam cawan petri) dan dalam media pasir steril atau metode "Sand". Jadi cukup mudah bagi saya, karena sudah ada
panduannya. Yang sulit adalah bagaimana kita harus bekerja konsisten untuk tiap-tiap ulangan dari sampel yang dites, agar perbedaan antar ulangan tidak
melebihi batas toleransi yang ditetapkan oleh ISTA (International Seed Testing Association). Itu saja.
Dibandingkan dengan menyemai
untuk pengetesan daya tumbuh, menyemai benih untuk ditanam di lahan pada dasarnya tidak mudah. Mengapa? Yang pertama jelas karena tidak ada SOP nya. Siapa
yang berani mengklaim SOP penyemaian benih untuk ditanam di lahan? Pernah suatu ketika saya marah sama customer saat menanyakan tentang SOP
menyemai benih pepaya (saat saya masih bekerja di suatu perusahaan benih). Si customer
mendesak diberi tau SOP untuk menyemai benih pepaya. Saya bilang SOP apa? Dan SOP
keluaran siapa? Hukum keberhasilan menyemai di lahan berdasar pada hukum alam
dan kemampuan seseorang dalam menyemai. Tidak bisa distandarkan dengan SOP. Karena
lingkungan berpengaruh dalam penyemaian. Di daerah A yang panas tentu harus
diperlakukan beda dengan daerah B yang dingin, misalnya. Apabila dia minta SOP
yang saya pakai untuk mengetes tentu saja tidak bisa diterapkan di lahan, karena SOP tersebut fungsinya untuk pengetesan. Sementara itu dalam pengetesan benih, faktor seperti suhu,
cahaya dan kelembaban ruang untuk menyemai harus trekontrol oleh alat yang
salah satunya dapat menggunakan mesin germinator. La kalau mau pakai SOP yang saya
pakai, musti punya alat yang sama bukan? Makanya saya tidak mau memberikan SOP yang saya pakai untuk
pengetesan, karena jelas tidak bisa diterapkan di lahan, yang bisa saya kasih
adalah contoh cara-cara alternatif untuk menyemai benih (waktu itu dia minta
benih pepaya) yang biasa dipakai oleh banyak orang dan telah berhasil.
Benih disemai dalam cawan petri dengan metode Top Paper untuk pengetesan daya tumbuh |
Benih disemai dalam kertas dengan metode Between Paper |
Kembali lagi tentang menyemai
benih untuk ditanam di lahan. Bagaimana dengan alasan kedua, mengapa tidak
mudah menyemai untuk ditanam di lahan? Karena dengan adanya alasan pertama
menyebabkan kita dituntut untuk banyak banyak mencoba untuk mendapatkan cara yang pas. Bukan berarti
teori menyemai itu gak terpakai sama sekali sie, tapi kita dituntut lebih banyak eksperimen ketimbang sekedar mempraktikkan teori. Jadi kepekaan terhadap
lingkungan, insting, kemauan, perhatian serta keseriusan dalam menyemai menjadi
kunci utama keberhasilan menyemai. Kalau baru praktik sekali atau dua kali
tentunya belumlah bisa mengenal lebih jauh trik trik menyemai terutama untuk
benih yang harus diperlakukan secara khusus pada saat menyemainya, misalnya
untuk benih yang bermasalah, benih dengan biji keras, benih dengan ukuran
sangat kecil, atau benih yang tidak biasa ditanam di daerah kita yang nantinya
butuh adaptasi dan sebagainya. Intinya butuh banyak praktik. Itu lah yang
menjadi alasan kenapa saya bilang lebih sulit.
Benih disemai dalam tray dengan tanah, kompos dan cocopeat |
Benih disemai dalam rockwool untuk hidroponik |
Lalu, menyemai benih yang akan
ditanam secara hidroponik juga sama susahnya dengan menyemai benih yang ditanam
di lahan. Alasannya sama. Tidak ada SOP dan kita musti coba-coba untuk
mendapatkan cara yang pas. Bedanya, kalau benih yang disemai untuk hidroponik
menggunakan media yang tidak sama dengan benih yang disemai untuk ditanam di
lahan. Media semaian untuk hidroponik berbahan non tanah yang notabenenya
adalah bahan-bahan yang tidak menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman misalnya, rockwool, cocopeat, sekam bakar steril, spons,
kapas, perlit dll. Sementara media semaian untuk bibit yang akan ditanam di
lahan berupa tanah yang dicampur dengan bahan organik ataupun non organik yang di
dalamnya telah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman misalnya
kompos, pupuk kandang atau humus. Yang musti dipegang dalam menyemai benih
untuk ditanam di lahan atau ditanam dengan hidroponik adalah prinsip
menghasilkan bibit yang baik, normal, sehat dan vigor yang juga tidak etiolasi serta
diusahakan tidak terserang penyakit.
Nilai plus yang saya dapat dari menyemai yang
dipersiapkan untuk ditanam di lahan atau untuk ditanam secara hidroponik adalah bahwa
saya jadi merasa bisa belajar dengan adanya kebebasan dalam menentukan cara dan
trik trik menyemai benih. Selain itu bisa berinovasi dan mengenali karakter tiap-tiap benih selama masa pertumbuhan dan perkembangannya.
Menyemai benih untuk ditanam di lahan sudah biasa saya lakukan, sedangkan menyemai benih untuk berhidroponik adalah metode menyemai yang baru mulai saya praktikkan. Jadi saya pun musti banyak belajar untuk mengetahui bagaimana berbagai macam benih harus diperlakukan saat disemai, agar menghasilkan bibit yang baik untuk ditanam dengan hidroponik.
Menyemai benih untuk ditanam di lahan sudah biasa saya lakukan, sedangkan menyemai benih untuk berhidroponik adalah metode menyemai yang baru mulai saya praktikkan. Jadi saya pun musti banyak belajar untuk mengetahui bagaimana berbagai macam benih harus diperlakukan saat disemai, agar menghasilkan bibit yang baik untuk ditanam dengan hidroponik.