Sabtu, 31 Januari 2015

Pojok alun-alun Magelang: dari Tembelekan hingga Mexican Petunia



Sabtu pagi adalah saat paling pas untuk melepas penat dengan jalan-jalan sekedar cuci mata. Bila kata orang sabtu itu adalah hari bermalas-malasan maka tidak bagi saya. Karena hanya di hari Sabtulah saya bisa merayu suami untuk mengajaknya keluar rumah tentunya untuk menyenangkan hati anak kami. Maklum suami saya harus bekerja tiap Senin hingga Jumat jadi hanya ada waktu senggang di hari Sabtu atau Minggu. Tapi hari Minggu saya lebih senang di rumah, terbiasa dari sejak dulu saat masih bekerja, hari Minggu dipersiapkan untuk istirahat agar hari Senin bisa semangat bekerja. Kini setelah tidak bekerjapun terbiasa begitu. Kalau jalan-jalan diluangkan di hari Sabtu sehingga hari Minggu bisa digunakan untuk menemani suami istirahat di rumah.

Singkat cerita kali ini kami mengisi Sabtu pagi dengan berjalan-jalan ke alun-alun Magelang. Selain buat menyenangkan si buah hati kami sebenarnya juga bermaksud untuk sedikit berolahraga jalan kaki mengitari alun-alun. Biasanya di hari Sabtu cukup banyak orang berjalan kaki santai untuk sedikit meregangkan otot atau olahraga ringan, tapi di hari Minggu jauh lebih ramai karena di sekitar jalan alun-alun tersebut setiap Minggu pagi dipakai untuk car free day.

Baru kali ini saya menyadari ternyata alun-alun Magelang cukup menarik untuk dijadikan tempat refreshing ringan. Selain bisa berolah raga jalan kaki, kita juga bisa menikmati jajanan tradisional yang murah meriah di deretan utara alun-alun. Bakso, soto, batagor, gudeg, siomai, es dawet, sup buah sampai kue leker pun dijajakan di tenda-tenda pedagang kaki lima di sana. Tak hanya itu, alun-alun Magelang ternyata kalau diperhatikan juga memiliki panorama yang lumayan menarik, bersih dan sejuk di pagi hari. Dan saat panas melanda di siang hari pun kita masih bisa menikmati kesejukan di bawah pohon-pohon yang rindang di sisi selatan alun-alun. Ada tempat duduk yang disediakan untuk berteduh di bawah pohon. Dari tempat duduk itulah kemudian perhatian saya tertuju pada suatu hal. Yaitu suatu taman mungil di sisi selatan alun-alun bagian timur. Disana saya melihat beberapa macam bunga-bunga khas taman yang ditata cukup rapi. Saat ini bunga-bunga itu sedang bermekaran. Entah sejak kapan, padahal saya sebenarnya cukup sering lewat daerah ini, tapi biasanya tidak terlalu memperhatikan. 
Doc. Arrum
Doc. Arrum
Pertama yang saya lihat di taman tersebut adalah bunga kertas atau  dikenal dengan istilah keren Zinnia. Bunga ini pas banyak-banyaknya mekar, ada yang putih, merah, pink dan jingga. Saya baru menyadari ternyata bunga kertas ini bagus juga kalau ditata dengan rapi. Sebelumnya atau dulu jaman saya masih kecil, bunga kertas ini sering saya jumpai tumbuh liar begitu saja. Kalau di kampung saya bunga ini banyak tumbuh di sekitar makam, kebun-kebun yang tidak terawat, pinggir jalan, pinggiran sungai  atau di pekarangan-pekarangan rumah. Agaknya jaman saya masih kecil bunga ini tidaklah tergolong sebagai bunga yang populer. Malah bunga yang biasa tumbuh liar ini dikategorikan dalam kelas paling bawah dan seringnya malah dipakai untuk mainan anak-anak. Tak taunya jaman sekarang bunga ini justru cukup populer hingga menjadi komoditas yang bisa diperjualbelikan, mungkin karena menyandang nama yang lumayan keren “Zinnia”.

Selaian Zinnia ada lagi bunga yang tak kalah menarik perhatian saya, yaitu bunga lilin. Bunga lilin atau sitilah ilmiahnya Pachystachys lutea ini juga turut menghias taman mungil di alun-alun Magelang. Bunga dengan warna kuning ini juga sudah lama saya kenal. Beda halnya dengan Zinnia, kalau di kampung saya dulu bunga lilin menjadi bunga cukup favorit untuk ditaruh di depan rumah. Beberapa tetangga saya memang ada yang sengaja mempercantik halaman rumahnya dengan menanam bunga lilin. Tapi kalau sekarang saya pulang kampung, agaknya saya sudah kesulitan menemukan bunga ini. Orang-orang jaman sekarang lebih senang menghiasi halaman rumah dengan tanaman tanaman yang pernah bergengsi dengan harga mencekik leher macam Jemani, Gelombang Cinta atau Aglaonema ketimbang memilih menanam bunga-bunga yang cantik layaknya bunga lilin. Endingnya, bunga lilin kini tergeser dalam golongan tanaman hias kelas soil cover yang biasa ditebar di taman-taman outdoor yang tidak banyak membutuhkan perawatan khusus.  

Di tanam mungil alun-alun magelang ini juga saya temukan bunga tembelekan. Tanaman semak ini banyak ragam warnanya dan jika berbunga bersamaan akan menampakkan kecantikan sebuah ruang. Bunga tembelekan dengan nama ilmiah Lantana camara ini memiliki ragam warna seperti putih, kuning, merah, ungu hingga jingga. Saya menemukan warna kuning, merang, jingga dan kuning di sana.

Ada lagi bunga yang sudah tidak asing lagi, yaitu bunga kuning nan mungil yang dikenal dengan kacang hias atau dalam bahasa Jawa disebut landep dan bernama ilmiah Arachis pintoi. Tanaman ini memang biasa difungsikan sebagai cover crop, yang selain berguna untuk melindungi kelembaban tanah, tanaman golongan kacang kacangan ini dapat menyuburkan tanah sekaligus mempercantik permukaan tanah.

Dan yang lebih menarik lagi adalah kehadiran bunga terompet ungu yang bermekaran dari setiap pokok tanaman. Cantik sekali. Adalah bunga Ruellia petunia atau dikenal dengan sebutan Mexican Petunia dan dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan nama Ruellias. Bunga ini bukanlah golongan bunga petunia yang biasa kita kenal itu, namun bunga ini adalah bunga yang sekerabat dekat dengan Ruellia wild. Orang menyebutnya Mexican petunia karena bunga ini konon berasal dari daratan Mexico dan sekarang sudah banyak tersebar dipenjuru dunia termasuk Indonesia.

Adanya bunga-bunga ini mampu menambah semarak suasana kesejukan pagi tatkala saya berada di sekitarnya. Nyatanya saya terpesona karena bunga bunga ini bermekaran bersamaan. Tapi yang paling tragis adalah ketika saya baru menyadari adanya keindahan ini di sana, meski sudah beberapa kali kesana sejak saya tinggal dimagelang sekitar setahun lalu. Tak taunya memang pesona kecantikan di kota sejuta bunga ini nyata adanya.  

Latepost...

Kamis, 29 Januari 2015

Sprouting Seed



Sprouting seed, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu keadaan bahwa benih (berupa biji) telah pengalami pertumbuhan awal menjadi tanaman muda. Dalam bahasa Indonesia "sprout" berarti kecambah, sedangkan "sprouting" diterjemahkan menjadi “tumbuh” atau dalam bahasa Jawa berarti “tukul”. Maka sprouting seed dapat diartikan menjadi benih (biji) yang tumbuh. Batasan kata sprout sendiri mengacu pada keadaan biji mulai dari pecahnya biji dan keluar calon akar (radikula/radicle) hingga menjadi tanaman muda dengan pertumbuhan daun lembaga (kotiledon) dan berakhir pada fase pertumbuhan tunas (berupa batang primer dan atau tunas daun) yang muncul di antara daun lembaga (pada dikotil). Dengan munculnya tunas tersebut maka miniatur tanaman ini tidak lagi disebut sprout (kecambah) tetapi disebut dengan bibit.

Istilah sprout sendiri sebelumnya jarang digunakan di bidang pertanian. Saya sering mendengar istilah ini malah dari forum-forum bertema pertanian dalam media sosial. Saat saya masih belajar di pertanian, istilah ini pun jarang terdengar (dulu, entah kalau sekarang). Untuk menggambarkan  kondisi seperti penjelasan di atas, dalam ranah akademik biasa dikenal dengan istilah germinasi. Germinasi sendiri berasal dari istilah bahasa Inggris “germinate” yang artinya “berkecambah” atau “mulai tumbuh”. Germinasi juga digunakan untuk menggambarkan istilah “germination” yang artinya “pengecambahan” atau bisa diartikan sebagai upaya untuk menumbuhkan benih menjadi tanaman baru. Dalam lingkup yang lebih spesifik (misalnya orang-orang yang berkecimpung di bidang perbenihan), istilah germinasi biasa digunakan untuk menggambarkan daya tumbuh atau daya kecambah benih dalam suatu lot (kumpulan benih). Istilah “daya tumbuh” yang biasanya diuji melalui kemampuan benih untuk berkecambah ini digunakan untuk menggambarkan persentase benih yang berkecambah dalam suatu kumpulan benih.

Baik istilah “sprout” maupun “germinasi” sebenarnya bisa digunakan untuk menggambarkan suatu hal yang sama yaitu kondisi benih berkecambah, walaupun esensinya berbeda yang mana “sprout” menggambarkan kondisi benih berkecambah tanpa memperhitungkan jumlah/persentase perkecambahannya, sedangkan “germinasi” menggambarkan kondisi benih berkecambah dengan memperhitungkan persentase benih berkecambah pada sejumlah benih. Oleh karena itu, dalam bidang perbenihan istilah “sprout” memang tidak biasa digunakan, karena istilah ini kurang mewakili untuk membahasakan perkecambahan benih kaitannya dengan besaran daya tumbuh benih.

Menurut standar pengujian benih, kecambah benih dapat digolongkan menjadi kecambah normal dan abnormal. Yang mana, banyaknya kecambah normal dapat merepresentasikan daya tumbuh suatu kumpulan benih, sedangkan kecambah abnormal sebaliknya. Dalam kenyataan di lapangan kecambah normal dapat digunakan sebagai bibit tanaman sedangkan kecambah abnormal dapat disisihkan dan dibuang.
 
Gambar Tipe Perkecambahan
Sebelum mengakhiri tulisan ini saya akan meringkaskan kriteria kecambah benih (sprout seed) normal dan abnormal sebagai berikut:

Kriteria kecambah normal

  1. Kecambah utuh, yaitu kecambah dengan semua bagian-bagiannya berkembang baik, lengkap (proporsional) dan sehat 
  2. Kecambah dengan cacat ringan pada struktur/bagian pokoknya, tapi bagian lainnya menunjukkan perkembangan normal seperti perkembangan kecambah utuh 
  3. Kecambah point 1 & 2 dengan infeksi sekunder, yaitu kecambah yang terinfeksi oleh cendawan/bakteri dari sumber lain, selain benih inang/benih itu sendiri

Kriteria kecambah abnormal

  1. Kecambah rusak, yaitu kecambah yang struktur/bagian pokoknya hilang/rusak parah 
  2. Kecambah dengan struktur/bagian pokok berubah bentuk/tidak proporsioinal, pertumbuhan lemah/mengalami gangguan fisiologis (misal etiolasi)
  3. Kecambah busuk, salah satu struktur pokok/utama terkena penyakit/busuk akibat infeksi primer (infeksi oleh patogen yang terinfestasi dalam benih) sehingga menghambat pertumbuhan normal

Minggu, 18 Januari 2015

Image: Gejala Awal Serangan Kutu Daun pada Tomat

Dok. Arrum: gejala awal serangan kutu daun pada tanaman tomat


Gejala khas pada tanaman tomat yang terserang oleh kutu daun (Myzus persiceae), daun tampak menggulung pada awal gejala adanya serangan kutu tersebut. Gejala awal ini merupakan akibat langsung yang ditimbulkan oleh aktifitas kutu daun dalam menghisap cairan dari sel sel daun tanaman tomat. Gejala lebih lanjut, daun mengeriting dan mulai mengerdil yang berarti menandakan sudah ada infeksi virus yang dibawa oleh kutu daun. Lama kelamaan daun akan menguning (klorosis) dan akhirnya mati. 

------------------------------------------------------------------------------
Laman ini dipublikasikan oleh Agro Line
Agro Line: Menyediakan benih tanaman hortikultura yang bisa dilihat di laman berikut 
 

Senin, 12 Januari 2015

Melon 2 in 1



Berelasi dengan banyak petani itu ternyata menyenangkan. Terkadang kita mendapatkan banyak info bermanfaat yang tidak kita ketahui sebelumnya. Walau terkadang tampak sepele, tapi bila ternyata bermanfaat tentunya itu menjadi barang yang tidak percuma. Saya sendiri menyadari dunia pertanian sangatlah luas dan tidak akan habis dibahas, jadi tentunya ilmu dan informasi informasi di lapangan yang terus berkembang dan selalu berganti ganti akan selalu menambah kekayaan wacana di bidang tersebut. Inilah yang menjadi hal penting bagi perkembangan bidang pertanian. 

Dalam bidang pertanian, saat terjun di lapangan berbagai hal dapat terjadi dan berbagai hal tersebut sering tidak linear dengan ilmu/teori yang diperoleh dari pendidikan formal. Teori yang berasal dari dunia pendidikan sering datangnya dari penelitian yang sudah teruji, namun ilmu yang didapatkan dari praktek langsung di lapangan seringnya jauh lebih realistis dan aktual. Kenapa bisa demikian? Karena ketika berkebun di lapang tentunya akan mendapati banyak hal dan rintangan yang harus diatasi sehingga realita di lapangan jauh lebih aktual. Berbeda ketika berkebun pada skala penelitian, ruang lingkup lebih terkontrol dengan baik sehingga sering tidak mendapati kendala yang berarti.

Berikut saya infokan salah satu contoh kreatifitas yang dilakukan petani melon dengan membuahkan 2 buah dalam 1 tanaman, yang lalu dikaji bagaimana kelebihan dan kekurangan dari gaya penanaman tersebut. Dan inilah yang terjadi di lapangan, yang bagi saya ini adalah fakta lapangan yang dapat diangkat menjadi suatu teori sederhana sehingga dapat dijadikan pertimbangan sebelum kita mengebunkan melon.

Simak ya...

Saya kira hampir semua petani yang biasa menanam melon tentunya tau kalau dalam satu tanaman melon biasanya dibuahkan satu buah. Walaupun memungkinkan untuk dibuahkan 2 buah melon dalam satu tanaman. Saya pun juga sepakat kalau dalam satu tanaman akan lebih optimal bila diambil satu buah karena bisa menghasilkan buah yang besar dan bagus. Secara teori hal itu akan tercapai karena seluruh asimilat yang dihasilkan dari proses fotosintesis terkumpul dan tersimpan dalam satu buah. Wajar kalau buah yang dihasilkan akan lebih besar dengan tampilan prima.

Sementara itu, perusahaan benih sebagai sang produsen melon pun biasa merekomendasikan untuk membuahkan satu buah saja dalam setiap tanaman untuk menghasilkan buah yang optimal. Tapi ternyata, ada saja petani yang sengaja membuahkan 2 buah melon dalam satu tanamannya. Saya pun berpikir, benar juga, tidak salah kan membuahkan 2 buah dalam satu tanamannya, karena tidak ada keharusan untuk membuahkan 1 melon dalam satu tanaman. Semua bergantung pada kebutuhan dan keinginan dari sang pemilik. 


Dok. Arrum: melon yang dipelihara 2 buah dalam 1 tanaman

Membuahkan 2 buah melon dalam satu tanaman bukanlah perkara gampang. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk membuahkan 2 buah dalam satu tanaman. Berikut info yang saya dapatkan:

  • Membuahkan 2 buah melon dalam 1 tanaman berarti menunda masa panen, stidaknya beberapa hari dari masa panen standar/seharusnya. Hal ini terjadi karena proses pengisian buah menjadi lebih lama/lambat karena ada dua buah yang harus diisi. Oleh karena itu buah menjadi lebih lama matang sehingga masa panen yang misalnya pada hari ke 80 dapat mundur menjadi hari ke 85 atau 90. Ketika tanaman melon dibuahkan 2 buah dan dipaksakan panen pada umur normal (sama seperti jika dibuahkan 1 buah) maka akan mendapati melon yang belum masak. 
  • Ketika menunda panen berarti resiko kematian tanaman sebelum panen menjadi lebih besar. Kenapa? Pertama karena usia normal dari melon itu sendiri sebenarnya adalah usia optimal dari pertubuhan tanaman. Jika lebih dari itu biasanya laju pertumbuhan sudah akan menurun drastis sehingga kemampuan untuk mempertahankan diri pada tanaman menjadi berkurang. Selain itu, setelah memasuki masa pengisian buah biasanya tanaman sudah ditopping oleh pekebun, jadi tidak ada lagi penambahan daun, yang ada adalah daun daun mulai menua dan mengering yang artinya tidak lagi menghasilkan asimilat. Yang kedua, dengan lebih panjangnya usia tanaman, gangguan alam seperti hama dan penyakit juga semakin besar padahal daya tahan tubuhnya sudah menurun seiring dengan penurunan laju pertumbuhan yang tadi telah disebutkan. Jadi harus berlomba lomba dengan hama dan penyakit tanaman, jangan sampai daun batang dan tubuh tanaman itu mati sebelum buah masak. Jika ternyata tanaman mati sebelum buah masak, maka kita akan memanen buah yang tidak masak. Hal ini akan memperparah keadaan, karena buah yang tidak matang tidak akan laku dijual. Sementara bila membuahkan 1 butir dalam satu tanaman buah akan masak pada jangka normalnya (biasanya mirip dengan rekomendasi produsen yang dapat dilihat dari kemasan), jadi resiko seperti yang disebutkan di atas lebih kecil.
  • Membuahkan 2 buah melon dalam 1 tanaman berarti membagi asimilat hasil fotosintesis dalam dua gudang penyimpanan (dalam hal ini buah). Otomatis ukuran buah akan jauh lebih kecil ketimbang 1 buah yang dipelihara dalam satu tanaman. Sebagai contoh, bila membuahkan satu buah, berat buah dapat mencapai 2,5 kg (rockmelon daging putih/hijau), sedangkan bila membuahkan 2 butir dalam 1 tanaman berat buah yang dicapai hanya sekitar 1,5 kg. Secara perhitungan total kilogram membuahkan 2 butir dalam satu tanaman lebih menguntungkan karena total buah yang didapat dalam satu tanaman menjadi 3 kg. Sedangkan membuahkan 1 butir tetap dengan 2,5 kg.
  • Tapi, perhitungan ekonomis akan berkata lain. Bagaimana bisa? Harga perkilo untuk tiap grade buah selalu berbeda. Grade A untuk melon berjala dengan daging hijau mencapai 5000 per kg sedangkan grade B seharga 4000 atau kurang untuk tiap kilonya. Sementara itu, melon grade A berkriteria net penuh dengan bobot berkisar antara 1,8 kg hingga 2,5 kg sedang Grade B berkriteria net 70% dengan bobot kurang dari 1,7 kg. Jadi, coba kita hitung. Melon dari tanaman yang dibuahkan satu butir akan masuk pada grade A dengan harga 5000 rupiah lalu dikalikan 2,5 kg, jadi total per tanaman yang akan diperoleh 12.500 rupiah, sedangkan melon yang dibuahkan 2 butir dengan bobot 1,5 per buah (atau kurang) akan masuk pada grade B dengan harga perkilo 4000 rupiah, bila dikalikan dengan 3 kg maka total per tanaman akan didapatkan 12.000 rupiah, itu pun masih harus menunggu masa panen yang lebih lama ketimbang buah yang dipanen dari tanaman yang dibuahkan 1 butir per pohon. Jika grade A dapat masuk ke supermarket maka akan lebih menguntungkan lagi karena harga perkilo dapat lebih dari standar dengan pengemasan dan pemberian label/merek.
Bagi saya, menanam dengan metode apa pun adalah kreatifitas yang musti diacungi jempol. Saya tidak pernah merasa perlu mengacu pada teori yang sangat saklek. Bagi saya menanam itu sama saja mengeksplorasi kemampuan, sedangkan teori hanyalah sebagian kecil dari referensi. Kita boleh melirik referensi tapi bukan untuk dijadikan pedoman mati yang harus diaplikasikan pada tanaman tanaman kita. Sah sah saja kita menciptakan gaya dan metode tersendiri. Sah sah saja kita memodifikasi metode metode yang telah ada atau memperbaiki metode metode yang terkadang telah usang. Bagi saya menggunakan gaya apapun dalam menanam itu oke oke saja. Mau membuahkan 1 buah, 2 buah atau 3 buah dalam satu tanaman misalnya pada melon tidak ada salahnya, tapi tiap tiap gaya yang dilakukan tersebut pasti memiliki konsekuensi. Selama kita tau konsekuensi dan bisa mengelola dengan baik, kenapa tidak?

Yuk mari kita bikin kebun yang sesuai dengan gaya kita masing masing…

Galeri

Galeri
Eastern Rise (F1-Hybrid produk PT Known You Seed)