Sabtu pagi adalah saat paling pas
untuk melepas penat dengan jalan-jalan sekedar cuci mata. Bila kata orang sabtu
itu adalah hari bermalas-malasan maka tidak bagi saya. Karena hanya di hari Sabtulah saya bisa merayu suami untuk mengajaknya keluar rumah tentunya untuk menyenangkan
hati anak kami. Maklum suami saya harus bekerja tiap Senin hingga Jumat jadi
hanya ada waktu senggang di hari Sabtu atau Minggu. Tapi hari Minggu saya lebih
senang di rumah, terbiasa dari sejak dulu saat masih bekerja, hari Minggu
dipersiapkan untuk istirahat agar hari Senin bisa semangat bekerja. Kini setelah
tidak bekerjapun terbiasa begitu. Kalau jalan-jalan diluangkan di hari Sabtu
sehingga hari Minggu bisa digunakan untuk menemani suami istirahat di rumah.
Singkat cerita kali ini kami
mengisi Sabtu pagi dengan berjalan-jalan ke alun-alun Magelang. Selain buat
menyenangkan si buah hati kami sebenarnya juga bermaksud untuk sedikit
berolahraga jalan kaki mengitari alun-alun. Biasanya di hari Sabtu cukup banyak
orang berjalan kaki santai untuk sedikit meregangkan otot atau olahraga ringan, tapi di hari Minggu jauh lebih ramai karena
di sekitar jalan alun-alun tersebut setiap Minggu pagi dipakai untuk car free
day.
Baru kali ini saya menyadari
ternyata alun-alun Magelang cukup menarik untuk dijadikan tempat
refreshing ringan. Selain bisa berolah raga jalan kaki, kita juga bisa
menikmati jajanan tradisional yang murah meriah di deretan utara alun-alun. Bakso,
soto, batagor, gudeg, siomai, es dawet, sup buah sampai kue leker pun dijajakan
di tenda-tenda pedagang kaki lima di sana. Tak hanya itu, alun-alun Magelang ternyata kalau diperhatikan juga memiliki panorama yang lumayan menarik,
bersih dan sejuk di pagi hari. Dan saat panas melanda di siang hari pun
kita masih bisa menikmati kesejukan di bawah pohon-pohon yang rindang di sisi
selatan alun-alun. Ada tempat duduk yang disediakan untuk berteduh di bawah
pohon. Dari tempat duduk itulah kemudian perhatian saya tertuju pada suatu hal.
Yaitu suatu taman mungil di sisi selatan alun-alun bagian timur. Disana saya
melihat beberapa macam bunga-bunga khas taman yang ditata cukup rapi. Saat ini
bunga-bunga itu sedang bermekaran. Entah sejak kapan, padahal saya sebenarnya
cukup sering lewat daerah ini, tapi biasanya tidak terlalu memperhatikan.
Doc. Arrum |
Doc. Arrum |
Pertama yang saya lihat di taman
tersebut adalah bunga kertas atau
dikenal dengan istilah keren Zinnia. Bunga ini pas banyak-banyaknya
mekar, ada yang putih, merah, pink dan jingga. Saya baru menyadari
ternyata bunga kertas ini bagus juga kalau ditata dengan rapi. Sebelumnya atau
dulu jaman saya masih kecil, bunga kertas ini sering saya jumpai tumbuh liar
begitu saja. Kalau di kampung saya bunga ini banyak tumbuh di sekitar makam,
kebun-kebun yang tidak terawat, pinggir jalan, pinggiran sungai atau di pekarangan-pekarangan rumah. Agaknya jaman
saya masih kecil bunga ini tidaklah tergolong sebagai bunga yang populer. Malah
bunga yang biasa tumbuh liar ini dikategorikan dalam kelas paling bawah dan seringnya malah dipakai untuk mainan anak-anak. Tak taunya jaman sekarang bunga
ini justru cukup populer hingga menjadi komoditas yang bisa diperjualbelikan, mungkin
karena menyandang nama yang lumayan keren “Zinnia”.
Selaian Zinnia ada lagi bunga
yang tak kalah menarik perhatian saya, yaitu bunga lilin. Bunga lilin atau
sitilah ilmiahnya Pachystachys lutea ini juga turut menghias taman mungil di
alun-alun Magelang. Bunga dengan warna kuning ini juga sudah lama saya kenal. Beda
halnya dengan Zinnia, kalau di kampung saya dulu bunga lilin menjadi bunga
cukup favorit untuk ditaruh di depan rumah. Beberapa tetangga saya memang ada yang
sengaja mempercantik halaman rumahnya dengan menanam bunga lilin. Tapi kalau sekarang
saya pulang kampung, agaknya saya sudah kesulitan menemukan bunga ini. Orang-orang
jaman sekarang lebih senang menghiasi halaman rumah dengan tanaman tanaman yang
pernah bergengsi dengan harga mencekik leher macam Jemani, Gelombang Cinta atau Aglaonema ketimbang memilih menanam bunga-bunga yang cantik layaknya bunga
lilin. Endingnya, bunga lilin kini tergeser dalam golongan tanaman hias kelas
soil cover yang biasa ditebar di taman-taman outdoor yang tidak banyak
membutuhkan perawatan khusus.
Di tanam mungil alun-alun
magelang ini juga saya temukan bunga tembelekan. Tanaman semak ini banyak ragam
warnanya dan jika berbunga bersamaan akan menampakkan kecantikan sebuah ruang. Bunga
tembelekan dengan nama ilmiah Lantana camara ini memiliki ragam warna seperti
putih, kuning, merah, ungu hingga jingga. Saya menemukan warna kuning, merang,
jingga dan kuning di sana.
Ada lagi bunga yang sudah tidak
asing lagi, yaitu bunga kuning nan mungil yang dikenal dengan kacang hias atau dalam
bahasa Jawa disebut landep dan bernama ilmiah Arachis pintoi. Tanaman ini
memang biasa difungsikan sebagai cover crop, yang selain berguna untuk
melindungi kelembaban tanah, tanaman golongan kacang kacangan ini dapat
menyuburkan tanah sekaligus mempercantik permukaan tanah.
Dan yang lebih menarik lagi adalah
kehadiran bunga terompet ungu yang bermekaran dari setiap pokok tanaman. Cantik sekali. Adalah
bunga Ruellia petunia atau dikenal dengan sebutan Mexican Petunia dan dalam
bahasa Inggris biasa disebut dengan nama Ruellias. Bunga ini bukanlah golongan
bunga petunia yang biasa kita kenal itu, namun bunga ini adalah bunga yang
sekerabat dekat dengan Ruellia wild. Orang menyebutnya Mexican petunia karena
bunga ini konon berasal dari daratan Mexico dan sekarang sudah banyak tersebar
dipenjuru dunia termasuk Indonesia.
Adanya bunga-bunga ini mampu
menambah semarak suasana kesejukan pagi tatkala saya berada di sekitarnya. Nyatanya
saya terpesona karena bunga bunga ini bermekaran bersamaan. Tapi yang paling
tragis adalah ketika saya baru menyadari adanya keindahan ini di sana, meski sudah
beberapa kali kesana sejak saya tinggal dimagelang sekitar setahun lalu. Tak taunya
memang pesona kecantikan di kota sejuta bunga ini nyata adanya.
Latepost...
Latepost...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar