Sabtu, 02 Januari 2016

Si Cantik nan Rupawan

Akhir tahun 2015 beberapa hari lalu, saya jalan-jalan ke alun alun Wonosobo, setelah beberapa lama tidak main-main ke sana. Sekalian liburan  nengok mertua dan nengok adik ipar yang baru saja melahirkan, tidak luput saya bernostalgia di tempat yang menjadi icon Kota Asri tersebut. Eh, tapi rasa-rasanya kalo lagi ke kampung halaman suami memang tidak lazim kalau tidak mampir alun-alun. Walau kadang hanya sekedar beli gudeg, atau beli es degan, selalu saja merasa harus mampir ke sana. Padahal ya, wonosobo bukan kotanya gudeg, tapi saya lebih seneng kalau ke sana cari gudeg. Soalnya saya kurang begitu suka makanan khas daerah sana. Sebut saja mi ongklok, sampai saat ini makanan itu belum bisa diterima dengan lapang dada oleh lidah saya. Lalu manisan carica yang menjadi oleh oleh andalan kota ini, wah kadang saya bingung kalau disuguhi itu, di satu sisi gak enak gak dimakan, di satu sisi, jujur saya kurang begitu suka. Jadi kalau saya suruh nyicip manisan itu biasanya cuma cengar cengir dan formalitas ngicip saja. Yiaaaahhh... 

Balik lagi ke alun-alun. Jadi pagi itu saya memang mencari sarapan. Ya gudeg itu. Itu gudeg sudah menjadi langganan saya sejak kerja di sana, sebelum menikah dan dapat orang sana malah. Gudeg itu mangkal di alun alun, tepatnya di sebelah selatan. Kalau sekarang tepat di sebelah timur taman bunga bertuliskan WONOSOBO ASRI, atau barat GKI. Sambil menikmati gudeg itu saya melirik lirik sekitaran. Jika saya sudah mengenal kota itu sejak 6 tahun lalu, sepertinya kali ini daerah itu sudah ada banyak perubahan. Ya termasuk taman bertuliskan jargon wonosobo itu. Dulu belum ada. Agaknya sejak musim handphone berkamera, pemerintah setempat memikirkan satu solusi agar masyarakat bisa berpuas diri berpose di kota itu. Imbasnya ya kota makin beken karena banyak yang mengunggah pose mereka di sosmed dengan latar belakang kota tersebut, lalu banyak dikunjungi orang orang yang tadinya belum kenal dan pastinya akan menambah pendapatan. Mungkin sderhananya begitu. Maka, jadilah pusat kota itu kini mendapat jatah pembangunan yang menurut saya cukup signifikan.  

Lalu mata saya kembali mencari cari pemandangan lain. Dan tertuju pada satu taman yang tampaknya juga baru. Namanya taman Hasri Ainun dan Habibi. Letak taman itu ada di utara masjid besar Wonosobo - Masjid Agung Jami. Berukuran tidak terlalu luas, masih bersih dan belum banyak mendapat sentuhan tangan tangan nakal. Namun begitu, agaknya taman itu belum terlalu meriah menurut saya. Layaknya bayangan sebuah taman, seharusnya ada banyak bunga-bunga yang berjajar rapi yang mendominasi pemandangan di sana. Mungkin baru proses ke sana. Karena yang saya lihat ada beberapa tanaman baru justru mengering, semacam gagal beradaptasi dengan lingkungan baru. 

Sebagaimana kebiasaan saya kalau lihat tanaman, selalu saja ada yang menarik bagi saya. Terutama bila tanaman itu baru pertama kali saya lihat. Rasa penasaran langsung menyergap. Hap, saya langsung menangkap yang menarik itu dengan kamera. Jadilah saya menemukan gambar bunga yang cantik, putih kekuningan dengan central mahkota berwarna ungu gelap. Mahkota berjumlah lima helai. Benangsari kuning bertangkai pendek berjumlah lima dan satu putik terletak ditengahnya dengan posisi kepala lebih rendah dari benang sari. 

Sebelumnya bunga yang tertangkap kamera saya itu tidak saya kenal. Dan sepertinya itu pertama kali saya melihatnya. Jadi saya tidak tahu sama sekali namanya. Tidak ada orang yang bisa saya tanyai tentang ini, la wong orang orang yang ada di sana juga kebanyakan pedagang atau pengunjung yang belum tentu ngeh sama tanaman. He.... Lalu saya bertekad, ah nanti tanya google aja. Beres. 

Sempat terpikir oleh saya kemungkinan itu sejenis okra. Saya brows dengan mengetik 'okra', lalu lihat gambar bunganya, lalu ah, itu bukan okra lah. Lalu saya lihat lihat lagi di foto saya. Kok mirip bunga sepatu ya. Pas saya waktu itu lihat lihat mahkotanya juga mirip bunga sepatu, agak beralur gitu. Bergurat gurat tipis gitu lah. Jadilah saya ngetik keyword 'bunga sepatu'. Muncullah suku Malvaceae. Lalu saya ketik lagi 'Malvaceae' lalu lihat gambar dan ketemulah gambar bunga yang mirip dengan foto saya. Ya, disana dikatakan namanya Pavonia hastata, salah satu anggota genus Pavonia dari famili Malvaceae. Lalu saya browsing langi dengan mengetikkan Pavonia hastata, lalu lihat gambar dan yang muncul adalah sejenis bunga mirip dengan gambar bunga milik saya namun putik dan benangsarinya beda. Mahkotanya juga agak ngepink, sedang yang foto saya malah agak kekuningan. Entahlah, semoga pendeteksian saya ini tidak salah, bahwa gambar yang saya miliki memang sejenis Pavonia hastata (saya bilang sejenis mungkin bisa saja Pavonia hastata itu jenisnya banyak), karena ada satu situs juga yang mengapload gambar yang sama persis lalu dinamai Pavonia hastata lalu ada nama lainnya dengan bahasa mandarin. Hehe...

Turnera subulata

Turnera subulata

Begitulah, kadang saya suka jeprat jepret tanaman tanpa tahu apa nama yang saya jepret, dan mengandalkan mesin pencari untuk kemudian dicocokkan jenis dan namanya. Haha...

Eh tapi ya...kemudian catatan saya di atas saya share di salah satu komunitas di lapak sebelah. Kebetulan karena masih ragu saya tanyakan pada anggota grup, dan ternyata bunga di atas bukan Pavonia hastata. Duh, salah deteksi bener deh. Ada komentator di grup tersebut kalo bunga yang saya sebut ternyata di sini disebut bunga pukul delapan. Dan setelah saya telusur nama ilmiahnya Turnera subulata famili dari Passifloraceae. Jauh banget ya, dari yang saya temukan sebelumnya, famili Malvaceae. Okelah akhirnya saya mantab kalo ini memang Turnera subulata.

Btw, thanks banget buat yang udah ngasih clue.

Sekian dulu info petualangan dari saya. Petualangan mencari nama bunga, maksudnya... (sip dapat satu catatan lagi).

Note: setelah tahu nama Indonesianya pas dibrows jadi gampang banget. Jadi keywordnya tepat sasaran. Tadi pas gak tahu, nyarinya susah, cuma liat gambar satu satu...

Tidak ada komentar:

Galeri

Galeri
Eastern Rise (F1-Hybrid produk PT Known You Seed)